ok, after my struggle to get da dream ticket and da inspiring film that i watched, now let me share my Opinion about da novel.
setelah browsing sana-sini akhirnya dapat juga lah wajah laskar pelangi yang ‘asli’, asik juga fotonya ada dimuat METRO. emang benar ada 10 orang dan inilah nama asli sahabat bang andrea itu:
1. chandra prana
2. Syahdan wahyudi
3. Alpino
4. Iwan
5. Ahmad fajri
6. Andrea hirata
7. Hartati
8. Rojali
9. A Kiong aka Chau Cin Kiong
10…………………..
yang ke sepuluh gak tahu gak dapat data nama, the nine names were found in majalah TEMPO edisi september 2008, dari hasil wawancara dengan AMAN alias A KIONG. Istrinya yang bernama Saparina yang agaknya menjadi inspirasi Andrea untuk membuat karakter SAHARA (lih. TEMPO Sept 2008).
days ago i visited wikipedia dan dapatlah nama2 lengkap tokoh di novelnya. misalnya Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara, jadi yang di Wiki itu adalah nama tokoh Dalam novel. sementara nama ASLI mereka para laskar yah itu tadi, hasil investigasi wartawan TEMPO.
tokoh yang bernama lintang itu sepertinya hanya andre yang tahu yang mana diantara ke sepuluh orang tersebut yang dimaksud dengan Lintang, as none of the 9 persons plus ibu Muslimah tahu yang mana yang dimaksud dengan tokoh Lintang. jika memang tokoh lintang itu ada sayang sekali sampai semua isi kelas tidak ada yang ingat betapa besar jasa lintang untuk sekolah mereka seperti yang digambarkan dalam novel dan movienya bahwa he was a superb student from pesisir yang membuat tim mereka menang cerdas cermat. even ibu muslimah cannot remember which of the ten or nine students was meant as Lintang. well i am not talking bout the name but the perfomance of this genious kid should have not been forgotten easily right? esp because he was soooo special, genious like andre had told us many times.
i also agree that this novel likes to use bahasa yang hiperbola. mungkin untuk menciptakan efek dramatis dan ‘mengesankan’, tapi akhirnya sorry to say, jadi agak ganjil. beberapa kritikus menyebutkan ketika mahar menyanyikan tennesse waltz dan ketika bu muslimah menyanjung lintang dengan kata2: “superb, anak pesisir, superb”, it was too much. bahwa kemungkinan-kemungkinan penyanjungan oleh bu muslimah itu pastilah ada, mungkin redaksinya lebih membumi dengan bahasa yang mereka kenal juga, well this school was not bilingual school in terms of english-speaking school or france-speaking school so the teacher did not need to use any term of those foreign languages with all respect.
Bahwa antara karya sastra tertulis dan visual pasti berbeda itu sudah jamak terjadi dan public dont mind about that i guess, as indonesians had read and watched more. so they could accept the difference.
sejauh mana seorang penulis itu bisa membubuhkan ‘improvisasi’ dalam memoar kisah nyatanya mungkin perlu diperjelas ke publik terutama bagi mereka yang ingin berbagi dan menjual kisah nyata hidupnya. kekhawatiran pribadi sebagai orang awam adalah jika penulis tersebut mencampur adukkan antara kisah nyata dan improvisasi pribadi (which is not real experience) then, dari sudut pandang seorang PEMBACA maka saya akan berakhir dengan keraguan apakah isi novel yang diklaim sebagai kisah nyata itu benar begitu adanya atau dibumbui. dengan kata lain i just dont know which one is the real story and which one is not.
dalam kasus novel laskar pelangi, terlepas dari keganjilan hiperbola yang dibuat oleh andrea ( karena andrea suka sekali dengan gaya bahasa ini), adalah ‘lupa’ nya atau lebih tepatnya “tidak tahunya” semua saksi dan pelaku laskar pelangi terhadap tokoh lintang, that’s the key.
tapi yah, people say art is meant for art. if this novel is meant as an art product then just enjoy it. selama itu bisa buat orang terinspirasi ya silahkan saja, cuman lebih baik kita menjual true story if IT IS A REAL ONE.